2.1
Kas
Kas
adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya,
makin besar jumlah kas yang ada didalam perusahaan berarti makin tinggi
tingkatan likuiditasnya ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang
lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya tetapi ini tidak
berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas
yang sangat besar, karena makin besarnya kas berarti makin banyaknya uang yang
menganggur sehingga memperkecil profitabilitasnya sebaliknya kalau perusahaan
mengejar profitabilitasnya saja akan berusaha agar persediaan kasnya dapat
diputarkan atau dalam keadaan bekerja. Kalau perusahaan menjalankan tindakan
tersebut berarti menempatkan perusahaan itu dalam likuid apabila sewaktu-waktu
ada tagihan.
2.1.1
Pengertian Kas
Kas merupakan aktiva
perusahaan yang paling lancar, dan merupakan unsur modal kerja yang paling
tinggi tingkat likuiditasnya. Selain itu kas merupakan alat pembayaran yang
diterima oleh semua pihak dan digunakan untuk membiayai operasi perusahaan.
Menurut Slamet Sugiri dalam bukunya “Akuntansi
Pengantar 2”, sebagai berikut:
“Yang
dimaksud dengan kas adalah alat pertukaran dan alat pembayaran”.
(2002:15)
Selain sebagai alat
pertukaran dan pembayaran, kas juga merupakan alat pelunasan kewajiban seperti
yang dikemukakan oleh Soermarso dalam
bukunya “Pengantar Akuntansi” adalah sebagai berikut:
“Kas adalah alat segala sesuatu (baik yang
berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima
sebagai alat pelunasan kewajibannya pada nilai nominal”.
(2002:296)
Berdasarkan
pendapat-pendapat diatas kas dapat diartikan sebagai alat pertukaran yang dapat
berbentuk surat berharga ataupun berbentuk koin yang digunakan dalam setiap
transaksi keuangan, selain itu kas dapat diartikan sebagai harta lancar yang
disimpan dibank yang sewaktu-waktu dapat diambil untuk keperluan bisnis.
Adapun
yang termasuk ke dalam golongan kas menurut Al Haryono Husup dalam bukunya “Dasar-dasar Akuntansi 2”, adalah sebagai berikut:
“Didalam
akuntansi istilah kas mengandung pengertian yang lebih luas karena meliputi
juga uang kertas, uang logam, cek, pos wesel, simpanan dibank, dan sesuatu yang
dapt disamakan dengan uang”.
(2000:1)
Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan aktiva
yang digunakan sebagai alat pembayaran dalam setiap transaksi keuangan dan
diterima oleh semua pihak. Kas merupakan aktiva yang paling lancar, dalam arti
paling sering berubah. Perubahan tersebut disebabkan hampir pada setiap
transaksi yang dilakukan dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas. Selama
perusahaan menjalankan kegiatannya akan terjadi penerimaan dan pengeluaran kas
yang berarti secara otomatis akan mempengaruhi jumlah atau posisi kas,
penerimaan dan pengeluaran kas tersebut terus berjalan membentuk suatu aliran
atau arus yang dikenal dengan istilah arus kas (cash flow).
2.1.2
Arus Kas
Arus kas akan terjadi
secara terus-menerus dalam perusahaan, selama perusahaan itu beroperasi. Adapun
pengertian arus kas menurut Sofyan Harap
dalam bukunya “Teori Akuntansi Laporan Keuangan”, adalah sebagai berikut:
“Arus kas yaitu penerimaan dan pengeluaran kas
dari suatu perusahaan. Pada suatau periode tertentu, dengan mengklasifikasikan
transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, pembiayaan, dan investasi”.
(2002:93)
Dari pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa arus kas dapat dikatakan sebagai suatau sumber informasi
mengenai keadaan kas dalam suatu perusahaan. Selain itu arus kas juga dapat
disebut sebagai alat perencanaan untuk menyusun laporan keuangan periode
selanjutnya.
Arus kas menurut Ridwan Sudjaya dan Inge Barlian dalam bukunya “Manajemen
Keuangan I” yaitu:
“Ringkasan aliran kas untuk suatu periode
tertentu, laporan ini kadang disebut laporan sumber dan penggunaan yang
didigunakan operasi perusahaan, investasi dan aliran kas pembiayaan serta
menunjukan perubahan kas dan surat berharga selama periode tersebut”.
(2002:134)
Merencanakan arus kas
masuk dan arus kas keluar memberikan saldo posisi awal dan saldo akhir yang
direncanakan untuk jangka waktu tertentu, dari penjelasan diatas dapat
diuraikan sebagai perencanaan arus kas masuk dan arus kas keluar akan
menunjukan.
1.
kebutuhan
untuk membiayai kekurangan kas yang mungkin terjadi.
2. Kebutuhan terhadap perencanaan investasi
yaitu untuk menanamkan kelebihan uang pada penggunaan yang menguntungkan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa arus kas adalah uang yang digunakan dan dihasilkan dari operasi
perusahaan, diantaranya uang tunai yang diperoleh dari pinjaman, pemulihan
perusahaan dan digunakan untuk membayar hutang, gaji pokok pegawai, upah.
2.2
Anggaran Kas
Anggaran kas menunjukan
arus masuk dan arus keluar yang direncanakan dan posisi terakhir pada priode
tertentu, misalnya akhir bulan, sebagian besar perusahaan harus membuat baik
rencana jangka pendek maupun jangka panjang untuk arus uang mereka.
Merencanakan arus uang masuk dan keluar memberikan saldo awal dan akhir kas
untuk satu jangka waktu perencanaan arus uang masuk dan keluar akan menunjukan
kebutuhan untuk membiayai kekurangan kas yang mungkin terjadi dan kebutuhan
terhadap perencanaan investasi untuk menanamkan kelebihan uang pada penggunaan
yang menguntungkan. Anggaran kas secara langsung berkaitan dengan rencana
lainnya, seperti rencana penjualan, anggaran piutang dan biaya, anggaran
pengeluaran untuk pemberian barang modal.
2.2.1
Pengertian Anggaran Kas
Pengertian anggaran kas
menurut Lukman Syamsudin. dalam bukunya “Manajemen Keuangan Perusahaan”, menyatakan
bahwa:
“Anggaran
kas adalah suatu alat yang dapat digunakan manajer keuangan untuk meramalkan
atau memperkirakan kebutuhan-kebutuhan dana jangka pendek dan untuk mengetahui
kekurangan atau kelebihan uang kas selama periode budget”.
(2000:123)
Sejalan
dengan pengertian anggaran kas diatas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud
dengan anggaran kas adalah:
1. Anggaran kas merupakan suatu proyeksi dari arus
kas masuk, arus kas keluar dan sebagai alat pengendali kas.
2. Anggaran kas merupakan rencana aktivitas atau
kegiatan yang dilakukan dimasa yang akan datang.
3. Anggaran kas menggambarkan perubahan jumlah kas
yaitu perubahan berupa penerimaan dan pengeluaran kas.
Menurut Martono Agus Harjho dalam bukunya “Manajemen
Keuangan” menyatakan sebagai berikut:
“Anggaran kas adalah skedul yang menyajikan
perkiraan aliran kas masuk dan kas keluar selama periode tertentu pada waktu yang
akan datang”.
(2002:112)
Sedangkan
menurut welsch, Hilton, Gordon yang
diterjemahkan oleh Purwatiningsih
dan Maudy Warouw dalam bukunya “Anggaran,
Perencanaan dan Pengendalian Laba”, menyatakan bahwa:
“Anggaran
kas adalah arus uang masuk dan keluar yang direncanakan, dan posisi terakhir
pada akhirnya periode intern tertentu, misalnya akhir bulan”.
(2000:377)
Dari
kutipan diatas menyatakan bahwa anggaran kas merupakan rencana arus uang masuk
dan uang keluar untuk satu jangka waktu perencanaan tertentu.
2.2.2
Kegunaan Anggaran Kas
Kegunaan anggaran kas akan dapat
dirasakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap jalannya atau kondisi
perusahaan. Menurut M Munandar dalam
bukunya “Budgeting” Secara umum anggaran termasuk anggaran kas
mempunyai tiga kegunaan pokok yaitu sebagai berikut:
“1. Sebagai pedoman kerja.
2. Sebagai alat pengkoordinasian
kerja.
3. Sebagai alat pengawasan kerja”.
(2000:312)
Adapun uraian dari kutipan diatas adalah sebagai berkut.
1. Sebagai pedoman
Berfungsi sebagai
pedoman kerja yang memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target
yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan diwaktu yang akan datang.
2. Sebagai alat pengkoordinasi kerja
Berfungsi sebagai
alat pengkoordinasian kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat dalam
perusahaan dapat menunjang saling kerjasama untuk menuju ke sasaran yang telah
ditetapkan.
3. Sebagai alat pengawasan kerja
Berfungsi sebagai
tolak ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan
perusahaan nanti. Dengan membandingkan apa yang dicapai oleh realisasi kerja
perusahaan, dapatlah dinilai apakah perusahaan telah sukses bekerja atau kurang
sukses bekerja. Dari perbandingan tersebut dapat pula diketahui sebab-sebab penyimpangan
antara anggaran dan realisasinya.
2.2.3
Tujuan Penyusunan Anggaran Kas
Anggaran kas merupakan
alat dalam manajemen kas yang memberikan petunjuk mengenai beberapa banyak kas
yang diperkirakan akan tersedia pada suatu saat dan untuk beberapa lama, tujuan
penyusunan anggaran kas dalam setiap perusahaan pada dasarnya sama, yaitu
merencanakan posisi kas untuk suatau periode tertentu yang akan datang.
Menurut Ellen Christina dkk
dalam bukunya “Penganggaran Perusahaan” tujuan penyusunan anggaran kas adalah
untuk.
“1. Menentukan posisi kas
pada berbagi waktu dengan membandingkan uang kas masuk dengan uang kas keluar.
2. Memperkirakan kemungkinan terjadinya defisit
dan surplus.
3.
Mempersiapkan keputusan pembelanjaan jangka waktu pendek dan jangka waktu
panjang, dimana bila terjadi defisit, perusahaan perlu mencari dana tambahan baru dan sebaliknya bila
perusahaan mengalami surplus maka perusahaan harus memilih alternatif
penggunaan yang paling menguntungkan.
4. Sebagai dasar kebijakan pemberian kredit.
5. Sebagai dasar otorisasi dana anggaran yang
disediakan.
6. Sebagai dasar penilaian terhadap realisasi
pengeluaran kas sebenarnya”.
(2001:188)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa tujuan penyusunan anggaran kas untuk menentukan posisi kas dengan
membandingkan uang kas dan uang kas keluar, memperkirakan defisit dan surplus
dan untuk membuat keputusan dalam memberikan kebijakan kredit, otorisasi dana
anggaran yang disediakan dan merealisasikan pengeluaran kas sebenarnya.
2.2.4
Proses Penyusunan Anggaran Kas
Proses penyusunan anggaran kas pada
dasarnya merupakan proses penetapan peran setiap manajer dalam melaksanakan
program atau bagian dari program. Proses penyusunan anggaran kas memerlukan
kerja sama para manajer.
Menurut Ellen Christina dalam bukunya “Anggaran Perusahaan”
langkah-langkah proses penyusunan anggaran kas adalah sebagai berikut.
“1. Menyususn anggaran penagihan piutang.
2. Menyusun anggaran penerimaan
kas, yang biasanya terdiri dari prosespenerimaan tunai, penagihan piutang dan
penerimaan lain-lain.
3. Menyusun anggaran pengeluaran kas, anggaran
pengeluaran kas ini umumnya mencakup
pos-pos pembelian mesin, pembelian gedung. Anggaran untuk biaya pengeluaran
lain-lain.
4. Menyusun anggaran kas yang sifatnya sementara,
artinya apabila terdapat saldo kas akhir yang minus atau negatif, maka
perusahaan memerlukan pinjaman dari pihak luar dan sebagai konsekuensinya
diperlukan pembayaran beberapa bunga dan anggsuran pokoknya.
5. Memperkirakan pembayaran bunga untuk itu
diperlukan suatu skema pembayaran bunga yang lengkap.
6. Menyusun anggarna kas akhir.
(2001 :189)
Dari kutipan diatas penulis
menyimpulkan bahwa proses penyusunan anggaran kas sangat diperlukan untuk
mengetahui anggaran penagihan piutang, anggaran penerimaan kas, untuk
mengetahui hasil saldo akhir.
2.2.5
Tahapan – tahapan Penyusunan Anggaran Kas
Secara garis
besarnya, anggaran kas memberikan gambaran mengenai sumber-sumber penerimaan
dan pos-pos pengeluaran, terjadinya surplus dan defisit. Oleh karena itu langkah-langkah dalam penyusunan
anggaran kas menurut Bambang Riyanto
dalam bukunya “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, adalah sebagai berikut.
1.
Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran
menurut rencana operasinil perusahaan. Transaksi-transaksi disini merupakan
transaksi operasi. Pada tahap ini dapat diketahui adanya defisit atau surplus,
karena rencana operasi perusahaan.
2.
Menyusun perencanaan atau estimasi kebutuhan dana
atau kredit dari bank atau sumber-sumber dana lainnya yang diperlukan untuk
menutup defisit kas karena rencana operasinya perusahaan. Juga disusun estimasi
pembayaran bunga kredit tersebut seperti waktu pembayaran bunga kredit tersebut
waktu pembayarannya kembali. Transaksi-transaksi disini merupakan transaksi
finansil (financial transaction).
3.
Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan
dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansil, dan anggaran kas yang final
ini merupakan gabungan dari transaksi operasional dan transaksi finansial yang
menggambarkan estimasi penerimaan dan pengeluaran kas keseluruhan”.
(2001:97-98)
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan penyusunan anggaran kas harus
menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran, perkiraan estimasi kebutuhan dana
dan menyusun kembali keseluruhan estimasi penerimaan kas dan pengeluaran kas.
2.2.6
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyusunan
Anggaran Kas
Agar
suatu anggaran kas dapat berfungsi dengan baik, maka taksiran-taksiran yang
termuat didalamnya harus cukup akurat. Sehingga tidak jauh berbeda dengan
realisasinya nanti. Untuk bisa melakukan penaksiran secara lebih akurat, maka
diperlukan data informasi dan pengalaman, yang merupakan faktor-faktor yang
harus dipertimbangkan didalam penyusunan anggaran kas.
Menurut
M Munandar dalam bukunya “Budgeting,
adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan didalam menyusun
anggaran kas antara lain:
“1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan
kas :
§ Budget penjualan khususnya rencana tentang
jenis dan jumlah barang yang akan dijual dari waktu ke waktu selama periode
yang akan datang.
§ Keadaan
persaingan dipasar.
§ Posisi
perusahaan dalam persaingan.
§ Syarat-syarat
pembayaran (term of payment) dari
perusahaan kepada calon pembeli.
§ Kebijaksanaan
perusahaan dalam penagihan piutang.
§ Budget perubahan aktiva tetap, khususnya
rencana tentang pengurangan (penjualan) aktiva tetap.
§ Rencana-rencana
perusahaan tentang penerimaan-penerimaan kas dari sumber lain (non operating).
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran kas:
§ Budget pembelian bahan-bahan khususnya
rencana tentang jenis dan jumlah bahan yang akan dibeli dari waktu ke waktu
selama periode yang akan datang.
§ Keadaan
persaingan para supplier bahan pasar.
§ Posisi
perusahaan terhadap pihak supplier.
§ Syarat
pembayaran (term of payment)yang
ditawarkan oleh supplier.
§ Budget upah tenaga kerja langsung.
§ Budget biaya pabrik tidak langsung.
§ Budget biaya administrasi.
§ Budget perubahan aktiva tetap khususnya
rencana tetang penambahan aktiva tetap.
§ Rencana-rencana
tentang pengeluaran kas oleh keperluan lain-lain (non operation)”.
(2001:312-315)
Adapun penjelasan
dari faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan anggaran kas tersebut diatas
adalah sebagai berikut.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kas
antara lain.
§ Anggaran penjualan
Semakin besar
jumlah penjualan, akan cenderung semakin besar pula transaksi penjuaalan secara
tunai yang akan dilakukan. Sehingga akan memperbesar penerimaan kas,
sebaliknya, semakin kecil jumlah penjualan akan akan cenderung semakin kecil
pula transaksi penjualan secara tunai yang akan dilakukan. Sehingga akan memperkecil
penerimaan kas.
§ Keadaan persaingan dipasar.
Persaingan
yang lebih keras akan memaksa perusahaan untuk lebih banyak melakukan
transaksi-transaksi penjualan secara kredit. Sehingga memperkecil transaksi
penjualan secara tunai. Akibatnya akan memperkecil pula penerimaan kas.
Sehingga, persaingan yang lebih lunak akan memungkinkan perusahaan memperkecil
transaksi-transaksi secara kredit, sehingga memperbesar transaksi penjualan
secara tunai. Akibatnya akan memperbesar pula penerimaan kas.
§ Posisi perusahaan dalam persaingan.
Bilamana
posisi perusahaan cukup kuat, maka perusahaan lebih dapat memaksakan penjualan
secara tunai, sehingga akan memperbesar penerimaan kas. Sebaliknya, posisi
perusahaan yang lemah dalam persaingan kurang memungkinkan untuk memaksakan penjualan
secara tunai, sehingga akan memperkecil penerimaan kas.
§ Syarat pembayaran (term payment) yang ditawarkan perusahaan.
Bila potongan penjualan yang
ditawarkan perusahaan cukup menarik para calon pembeli, maka akan mendorong
mereka untuk melakukan pembelian-pembelian secara tunai, sehingga akan
mem[perbesar penerimaan kas. Sebaliknya, bilamana potongan penjualan yang
ditawarkan perusahaan kurang menarik para calon pembeli, maka akan mendorong
mereka untuk melakukan pembelian secara kredit, sehingga akan memperkecil
penerimaan kas.
§ Kebijakan perusahaan dalam penagihan piutang.
Penagihan piutang yang lebih
aktif akan mempercepat penerimaan kas sedangkan sebaliknya, jika penagihan
piutang yang kurang efektif maka akan memperlambat penerimaan kas.
§ Anggaran perubahan aktiva tetap.
Bilamana
selama periode yang akan datang perusahaan merencanakan akan melakukan
penjualanaktiva tetap, maka akan memperbesar penerimaan kas sedangkan
sebaliknya, bilamana selama periode yang akan datang perusahaan tidak merencanakan
akan melakukan penjualan aktiva tetap, maka akan memperkecil penerimaan kas.
§ Rencana-rencana perusahaan tentang
penerimaan-penerimaan kas.
Penerimaan-penerimaan
kas dari sumber lain-lain, seperti misalnya penghasilan bunga, penghasilan
sewa, penghasilan deviden.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pegeluaran kas
antara lain.
§ Anggaran pembelian
Semakin
besar jumlah pembelian bahan mentah. Akan cenderung semakin besar pula
transaksi pembelian secara tunai yang akan dilakukan, sehingga akan memperbesar
pengeluaran kas. Sebaliknya semakin kecil jumlah pembelian, akan cenderung
semakin kecil pula transaksi pembelian secara tunai yang akan dilakukan,
sehingga akan memperkecil pengeluaran kas.
§ Keadaan persaingan para supplier.
Persaingan
yang lebih keras akan memaksa para supplier melakukan transaksi-transaksi
penjualan secara kredit, sehingga memperkecil transaksi pembelian tunai bahan
mentah oleh perusahaan. Akibatnya akan memperkecil pengeluaran kas, sebaliknya
persaingan yang lebih lunak akan memungkinkan supplier memperkecil
transaksi-transaksi penjualan secara kredit, sehingga memperbesar transaksi
pembelian tunai bahan mentah oleh perusahaan.
§ Posisi perusahaan terhadap pihak supplier.
Bilamana
posisi perusahaan cukup kuat, maka perusahaan lebih dapat memaksakan pembelian
bahan mentah secara kredit, sehingga akan memperkecil pengeluaran kas.
Sebaliknya, posisi perusahaan yang lemah kurang memungkinkan untuk memaksakan
pembelian secara kredit, sehingga lebih banyak dilakukan transaksi pembelian
bahan mentah secara tunai, akibatnya akan memperbesar pengeluaran kas.
§ Syarat pembayaran (term payment) yang ditawarkan oleh supplier.
Bilamana potongan pembelian yang
ditawarkan supplier cukup menarik perusahaan, maka akan mendorong perusahaan
untuk melakukan pembelian secara tunai, sehingga akan memperbesar pengeluaran
kas. Sebaliknya, bilamana potongan pembelian yang ditawarkan supplier kurang
menarik perusahaan, maka akan mendorong perusahaan untuk melakukan
pembelian-pembelian secara kredit, sehingga akan memperkecil pengeluaran kas.
§ Anggaran upah tenaga kerja langsung.
Semakin besar biaya pabrik tidak
lansung yang harus dibayar, akan semakin besar pula pengeluaran kas yang akan
dilakukan. Sebaliknya semakin kecil jumlah upah tenaga kerja langsung, akan
semakin kecil pula pengeluaran kas yang dilakukan.
§ Anggaran biaya pabrik tidak langsung.
Semakin kecil
upah tenaga kerja tidak langsung yang akan dibayar, akan semakin kecil pula
pengeluaran kas yanag akan dilakukan. Sebaliknya semakin besar biaya pabrik
tidak langsung akan semakin kecil pula pengeluaran kas yang dilakukan.
§ Anggaran biaya administrasi
Semakin besar
biaya administrasi yang harus dibayar akan semakin besar pula pengeluaran kas
yang dilakukan. Sebaliknya, semakin kecil pula pengeluaran kas yang dilakukan.
§ Anggaran perubahan aktiva tetap.
Bilamana
selama periode yang akan datang perusahaan merencanakan akan melakukan
perubahan aktiva tetap, maka akan memperbesar pengeluaran kas, sedangkan
sebaliknya bilamana selama periode yang akan datang perusahaan tidak
merencanakan akan melakukan penambahan aktiva tetap, maka akan memperkecil kas.
§ Rencana-rencana perusahaan tentang pengeluaran kas
untuk keperluan lain-lain (non
operating).
Pengeluaran-pengeluaran
kas untuk keperluan lain-lain seperti misalnya untuk biaya bunga, biaya sewa.
2.2.7
Pelaporan Anggaran Kas.
Laporan
anggaran kas disusun secara teratur dengan selang waktu yang tidak terlalu
lama, hal ini dilakukan agar penyimpangan-penyimpangan dapat diketahui,
sehingga tidak terjadi berlarut-larut dalam jangka waktu yang lama dengan
demikian laporan anggaran tIdak disusun sekaligus pada akhir tahun menunggu
sesudah anggaran selesai di realisasikan, tapi laporan anggaran dilakukan
secara kontinu disusun beberapa kali dalam setahun (misalnya tiga bulan sekali,
dua bulan sekali, satu bulan sekali, dan sebagainya).
2.4 Efektivitas
Suatu perusahaan dalam melaksanakan kegiatan anggaran kas dapat dikatakan
efektif apabila sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Efesiensi dan efektivitas merupakan dua macam kriteria yang biasa digunakan
untuk menentukan prestasi suatu pusat pertanggung jawaban. Efisiensi dan
efektivitas biasanya lebih bersifat relatif atau kompratif dari pada bersifat
absolut, dalam arti bahwa efisiensi diukur dengan satuan tertentu misalnya
antara pusat pertanggung jawaban yang satu dibandingkan dengan pusat
pertanggung jawaban lainnya.
Efektivitas merupakan
keadaan yang berpengaruh sesuatu hal yang berkesan, kemajuan, keberhasilan
usaha, tindakan ataupun hal mulai berlakunya. Menurut Supriyono dalam bukunya “Sistem Pengendalian Manajemen”,
adalah sebagai berikut.
“Efektivitas
adalah hubungan antara keluaran satu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang
harus dicapai, semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai
pencapaian sasaran tersebut maka dapat dikatakan semakin efektif pula unit
tersebut”,
(2000:29)
Berdasarkan pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas sangat penting bagi suatu organisasi
perusahaan dimana cara pengukuran yang telah ditetapkan harus mengenai sasaran
anggaran kas, untuk menunjang efektivitasanggaran kas yang memadai maka perlu
mendapatkan perhatian yang cukup dari pihak manajemen perusahaan, tanpa
didukung dengan adanya penerapan proses efektivitas anggaran kas yang efesien
dan efektif serta mengandung pengendalian kas yang memadai, maka efektivitas
anggaran kas akan terhambat sehinnga mengganggu kelancaran perusahaan secara
keseluruhan.
Efektivitas
menurut Anthony-Dearden Bedford yang
diterjemahkan oleh Agus Maulana dalam bukunya “sistem
Pengendalian Manajemen’ adalah sebagai berikut:
“Efektivitas
diartikan sebagai kemampuan suatu unit untuk mencari tujuan yang diingginkan”
(2000:14)
Dari
pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan
pertanggungjawaban yang harus dicapai dalam suatu unit. Semakin besar
kontribusi yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian tersebut, aka tetapi
seandainya tingkat keluaran unit kerja tidak dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, maka dikatakan bahwa unit kerja tersebut tidak atau kurang efektif.